BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat
serangan tentara mughal, kekuatan politik islam mengalami kemunduran secara
drastic. Dan keadaan umat islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan
kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya 3 kerajaan besar ,Usmani di
Turki,Mughal di India,Syafawi di Persia,
Awal
berdirinya kerajaan syafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di
Ardabila ,sebuah kota di Ardabeijan .Tarekat ini diberi nama Tarekat Syafawiyah ,penddirinya Sufi Al Din
(1252-1334).
Sedangkan kerajaan Mughal berdiri seperempat abad setelah sesudah
berdirinya kerajaan syafawi .Awal kekuasaan islam di wilayah india terjadi pada
khalifah Al walid dari dinasti Bani Umayyah .Penaklukan Bani Umayyah ini
dibawah pimpinan Muahammad Ibnu Qasim .
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah peradaban islam
pada masa kerajaan syafawiyah dan mughal .
2.
Bagaimana proses kepemimpinan
pada masa kerajaan syafawiyah dan mughal .
3.
Bagaimana fase kemajuan dan
kemunduran kerajaan syafawiyah dan mughal .
C.
Tujuan Penulisan
-
Untuk mengetahui proses
kepeimpinan pada masa kerajaan syafawiyah dan mughal .
-
Untuk mengetahui apakah pada masa
itu ada hasil kepemimpinan 2 kerajaan tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kerajaan Syafawiyah
1.
Sejarah Peradaban Kerajaan
Safawiyah
Dinasti Safawi di Persia berkuasa antara tahun 1520-1722 M. Dinasti
Safawi merupakan kerajaan Islam di Persia yang cukup besar. Awalnya Kerajaan
Safawi berasal dari sebuah gerakan terekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota
Azerbaijan. Tarekat ini di beri nama tarekat Safawi, yang diambil dari nama
pendirinya, yaitu Shafi Ad-Din (1252-1334).[1][1]
Ada dua pendapat yang berbeda tentang etimologi/asal usul dari nama
Safawi. Amir ali berpendapat bahwa safawi berasal dari kata Shafi yaitu,
gelar yang diberikan kepada nenek moyang raja-raja Safawinya, yaitu Shafi
ad-DinIshak Al-Ardabily (1225-1334), seorang pendiri dan pemimpin tarikat
Safawiyah. Ia menyatakan bahwa para musafir, pedagang, dan penulis eropa selalu
menyebut raja-raja Safiwiyah dengan gelar Shafi agung. Adupun P.M. Holt
berpendapat bahwa Safawiyah berasal dari kata Safi, yaitu bagian dari nama Safi
Ad-Din Al-Ardabily. Meskipun ia tidak mengemukakan alasan, secara gramatika
bahasa Arab, pendapat inilah yang dipandang lebih tepat.[2][2]
Sebelum menjadi kerajaan, Safawi mengalami 2 fase
pertumbuhan pertama fase dimana safawi bergerak dibidang keagamaan (cultural)
dan kedua sebagai gerakan politik (struktural).
Pada tahun 1301 - 1447 M gerakan Safawi masih murni
gerakan keagamaan dengan tarekat Safawiyah sebagai sarana, tarekat ini
mempunyai pengikut yang sangat besar hal ini terjadi karena pada saat itu, umat
umumnya hidup dalam suasana apatis dan pasrah melihat anarki politik yang
berkecamuk. Hanya dengan kehidupan keagamaan lewat sufisme, mereka mendapat
persaudaraan tarekat, dan mereka merasa aman dalam menjalin persaudaraan antar
muslim.
Pada fase pertama ini gerakan tarekat Safawi tidak
mencampuri masalah politik sehingga dia berjalan dengan aman dan lancar baik
pada masa Ilkhan maupun pada masa penjarahan Timur Lenk. Dan dalam fase ini gerakan Safawi mempunyai
dua corak, pertama bernuansa Sunni yaitu pada masa pimpinan Safiuddin Ishaq (
1301 - 1344) dan anaknya Sadruddin Musa (1344 - 1399), kedua berubah menjadi
Syiah pada masa Khawaja Ali (1399 - 1427). Perubahan ini terjadi karena ada
kemungkinan bertambahnya pengikut Safawi di kalangan syiah sehingga
kepemimpinannya berusaha menyusuaian diri dengan aliran manyoritas
pendukungnya.
Nama Safawi itu terus dipertahankan sampai terekat ini menjadi gerakan
politik. Bahkan nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil
mendirikan kerajaan, yakni kerajaan Safawi.
Shafi Ad-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi
sebagai jalan hidupnya. Shafi Ad-Din merupakan keturunan dari Imam Syiah yang
keenam, Musa Al-Kazihim. Gurunya bernama Syaikh Tajuddin Ibrahim Zahidin (1216
– 1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Dikarenakan prestasi dan
ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, Safi Ad-Din diambil menantun oleh gurunya
tersebut. Shafi Ad-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan
guru dan sekaligus mertuanya yang wafat pada tahun 1301 M. pengikut tarekat ini
sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf safawiyah bertujuan
memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut
“Ahli-ahli bid’ah” tarekat yang dipimpim Shafi Ad- Addin ini semakin penting
terutama setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni
yang bersifat lokal menjadi gerakan kenamaan yang besar pengaruhnya di Persia,
Syiria, dan Anatolia. Di negeri-negeri diluar Ardabil, Shafi Ad-Din menempatkan
seorang wakil untuk memimpin murid-muridnya. Wakil tersebut diberi gelar
Khalifah. Kerajaan ini mengatakan Syi’ah sebagai mazhab Negara.[3][3] Safi al Din
adalah keturunan dari Imam Syi’ah yang ketujuh Musa Al-Khazim. Oleh karena itu
dia masih keturunan Rasulullah dari garis puterinya Siti fatimah.
Kecenderungan memasuki dunia politik secara kongkrit tampak pada masa kepemimpinan
junaidi (1447-1460 M). dinasti Shafawi memperluas gerakannya dengan menambahkan
kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasaan kegiatan ini menimbulkaan
konflik antara junaidi dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu
suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik tersebut Junaidi
kalah dan diasingkan kesuatu tempat. Ditempat baru ini ia mendapatkan
perlindungan dari penguasa Diar Bakr, Ak. Koyunlu (domba putih), juga suatu
suku bangsa Turki.
Selama dalam pengasingannya, Junaidi tidak tinggal diam, ia justru dapat
menghimpun kegiatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan.
Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan.
Tapi usaha Junaid masih mengalami kegagalan dalam meraih ambisinya
karena selalu gagal dalam menaklukkan beberapa daerah seperti Ardabil dan
Chircasia, bahkan dalam tahun 1460 M mati terbunuh. Kemudian digantikan anaknya
yang bernama Haidar, tapi belum berhasil juga. Sebelum meninggal, Haidar menunjuk
adiknya yang paling kecil bernama Ismail.
Ismail yang masih remaja itu berusaha memanfaatkan kedudukannya sebagai mursyid
Safawiyah dan pemimpin gerakan Safawiyah untuk mengonsolidasikan kekuatan
politiknya. Secara sembunyi-sembunyi, ia menjalin hubungan erat dengan para
pengikutnya yang tersebar luas dimana-mana. Hanya dalam waktu kurang lebih lima
tahun, ia berhasil menyatukan berbagai elemen kekuatan politik yang cukup
besar, sehingga ia mulai mengadakan perhitungan dengan musuh-musuh Safawiyah
selama ini, seperti penguasa Syirwan dan Ak Kayunlu yang telah membunuh
beberapa orang pemimpin Safawi sebelumnya.
Kerajaan Safawi secara resmi berdiri di Persia pada 1501 M/907, tatkala
Syah Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja atau syah di Tabriz, dan menjadikan
Syiah Itsna Asyariah sebagai ideologi negara. Namun event sejarah yang
penting ini tidaklah berdiri sendiri. Peristiwa itu berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup panjang yakni
kurang lebih dua abad.
Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbasy dibawah pimpinan Ismail
menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu (domba putih) di sharur dekat Nakh Chivan.
Qizilbasy terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, yakni ibu kota
AK Koyunlu dan akhirnya berhasil dan mendudukinya. Di kota Tabriz Ismail
memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Safawi. Ia disebut juga
Ismail I.
Ismail I berkuasa kurang lebih 23 tahun antara 1501-1524 M. Pada sepuluh
tahun pertama ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Buktinya ia dapat
menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai
propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504 M), Diyar Bakr (1505-1507
M) Baghdad dan daerah Barat daya Persia (1508 M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan.
Hanya dalam waktu sepuluh tahun itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh
Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent) .
Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi politik mendorongnya untuk
terus mengembangkan wilayah kekuasaan ke daerah-daerah lainnya seperti Turki
Usmani. Ismail berusaha merebut dan mengadakan ekspansi ke wilayah kerajaan
Usmani (1514 M), tetapi dalam peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan malah
Turki Usmani yang di pimpin oleh sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan
Safawi terselamatkan dengan pulangnya Sultan Usmani ke Turki karena terjadi
perpecahan di kalangan militer Turki di negerinya.
Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri Ismail.
Akibatnya dia berubah, dia lebih senang menyendiri, menempuh kehidupan
hura-hura dan berburu. Keadaan itu berdampak negatif bagi kerajaan Safawi dan
pada akhirnya terjadi persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat memimpin
kerajaan Safawi antara pimpinan suku-suku Turki, pejabat keturunan Persia dan
Qizibash[4][9].
Keadaan ini baru dapat
diatasi pada masa pemerintahan raja Abbas I. Langkah-langkah yang
ditempuh oleh Abbas I untuk memperbaiki
situasi adalah :
1.
Menghilang dominasi
pasukan Qizilbasy atas kerajaan Safawi dengan membentuk pasukan baru yang
beranggotakan budak-budak yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia,
Armenia dan Sircassia.
2.
Mengadakan perjanjian
damai dengan Turki Usmani dengan cara Abbas I berjanji tidak akan menghina tiga
khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Unar, Usman) dalam khotbah Jumatnya.
Usaha-usaha tersebut
terbukti membawa hasil yang baik dan membuat kerajaan Safawi kembali kuat.
Kemudian Abbas I meluaskan wilayahnya dengan merebut kembali daerah yang telah
lepas dari Safawi maupun mencari daerah baru. Abbas I berhasil menguasai Herat
(1598 M), Marw dan Balkh. Kemudian Abbas I mulai menyerang kerajaan Turki
Usmani dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwani, Ganja, Baghdad, Nakhchivan,
Erivan dan Tiflis. Kemudian pada 1622 M Abbas I berhasil menguasai kepulauan
Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas.
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
- Isma'il I (1501-1524 M)
- Tahmasp I (1524-1576 M)
- Isma'il II (1576-1577 M)
- Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
- Abbas I (1587-1628 M)
- Safi Mirza (1628-1642 M)
- Abbas II (1642-1667 M)
- Sulaiman (1667-1694 M)
- Husein I (1694-1722 M)
- Tahmasp II (1722-1732 M)
- Abbas III (1732-1736 M)
Kerajaan Safawi mempunyai pola pemerintahan yang teokratik, sebab para
penguasa bukan saja mengaku sebagai keturunan Ali, namun juga mengklaim
berstatus sebagai titisan para Imam Syi’ah, bahkan Ismail I mengaku sebagai
penjelmaan Tuhan, sinar ketuhanan dari imam yang tersembunyi, dan imam Mahdi.
Ia memakai gelar Bayangan Tuhan di Bumi, meniru gelar yang dipakai oleh
raja-raja Persia. Dengan sistem teoraksi ala Syi’ah tersebut, kemudian
dipadukan dengan sistem tarekat, kerajaan Safawi memiliki kemudahan dalam
melakukan konsolidasi pemerintahan. Akan tetapi, dengan sistem itu pula ia
menghadapi persoalan yang cukup krusial.
Dalam menjalankan tugasnya, kepala Negara terutama pada masa-masa awal
memiliki kemudahan-kemudahan tertentu disamping menghadapi persoalan yang cukup
krusial. Ini berkaitan dengan posisi mereka . di satu sisi ia adalah mursyidi
kamil (pembimbing spiritual yang sempurna) dan di sisi lain adalah padisyah
(raja). Ketundukan dari para bawahan dan rakyatnya sebagai pengikut tarekat,
sebagaimana terjadi dalam tarekat lain, hampir tanpa reserve (cadangan).
Hal ini sangat memudahkan raja dalam melakukan konsolidasi pemerintahannya.
Sementara itu, dalam kepercayaan tarekat kesempurnaan yang ada pada mursyidi
kamil tak tergoyahkan. Oleh karena itu para pengikut tarekat tidak dapat
menerima kenyataan ketika pemimpinnya dikalahkan oleh lawannya. Ini terjadi
ketika pasukan Qizilbasy dikalahkan oleh pasukan Turki Usmani pada pertempuran
di Chaldiran pada tahun 1514 M. Mereka mengalami shock keagamaan yang berat,
karena menurut kepercayaan mereka pemimpin mereka tak bisa terkalahkan.
2.
Masa Kejayaan
Kerajaan Safawi
Kondisi
kerajaan Safawi yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Safawi
kelima, Abbas I naik tahta (1588-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh
Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:
1.
Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk pasukan
baru yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia, Armenia
dan Sircassia.
2.
Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan
wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji tidak akan
menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar dan Usman) dalam
khutbahkhutbah Jum'at. Sebagai jaminan atas syarat itu, Abbas menyerahkan
saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di Istambul
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan yang pernah direbut oleh kerajaan lain seperti Tabriz, Sirwan dan sebagainya yang sebelumnya lepas direbut oleh kerajaan usmani.
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan yang pernah direbut oleh kerajaan lain seperti Tabriz, Sirwan dan sebagainya yang sebelumnya lepas direbut oleh kerajaan usmani.
Kemajuan
yang di capai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik, melainkan
bidang lainnya juga mangalami kemajuan. Kemajuan-kemajaun itu antara lain :
1. Bidang Ekonomi
Kemajuan
ekonomi pada masa itu bermula dengan penguasaan atas kepulauan Hurmuz dan
pelabuhan Gumrun yang diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan demikian Safawiyah
menguasai jalur perdagangan antara Barat dan Timur. Di samping sector
perdagangan, Safawiyah juga mengalami kemajuan dalam bidang pertanian, terutama
hasil pertanian dari daerah Bulan Sabit yang sangat subur (Fertille
Crescent).
2. Bidang Ilmu Pengatahuan
2. Bidang Ilmu Pengatahuan
Sepanjang
sejarah Islam Persia di kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan
berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang
selalu hadir di majlis istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu
pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn
Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah pernah
mengadakan observasi tentang kehidupan lebah (Brockelmann, 1974:503-504).
3. Bidang
Pembangunan Fisik dan Seni
Kemajuan
bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah
Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit,
jembatan yang memanjang diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun. Kota Isfahan
juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di
Isfahan terdapat sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273
pemandian umum. Unsur lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik,
permadani dan benda seni lainnya.
3. Kemunduran dan
Kehancuran Kerajaan safawi
Kemunduran pemerintahan pusat telah
berlangsung sepeninggal Abbas l. Setelah Abbas I tidak ada seorang pun yang
memiliki visi ataun kecakapan sebagaimana Abbas, lebih- lebih setelah
perjanjian dengan pihak Usmani pada tahun 1639, pasukan militer Safawiyah
terbengkalai dan terpecah menjadi sejumlah resimen kecil dan lemah. Pada akhir
abad tujuh belas, pasukan militer Safawiyah tidak lagi menjadi sebuah mesin
militer yang berguna. Adminitrasi pusat juga mengalami perpecahan, dan beberpa
prosedur penertiban pajak dan distribusi pendapatan negara menjadi tidak
terkendalikan. Melemahnya pemerintahan pusat memungkinkan bangkitnya sejumlah
pemberontakan otoritas Safawiyah. Pada abad delapan belas Iran telah dilanda
kondisi anarkis. Di antara pihak yang memperebutkan kekuasaan politik yang paling
besar adalah rezim Afghan,Afshar, Zand, dan Qajar. Pada tahun 1724, Ghalzai
Afghan mengambil alih kekuasaan atas Isfahan. Selanjutnya Iran diserang oleh
Usmani dan bangsa Rusia yang berbatasan dengannya.
Pemberontakan bangsa Afghan tersebut
terjadi pertama kali pada tahun 1709 M ,dibawah pimpinan Mir Vays yang berhasil
merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil
di Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir mahmud dan
ia dapat memperasatukan pasukan Ardabil, sehimgga ia mampu merebut negri-negri
Afghan dari kekuasaan Safawi.
Karna desakan dan ancaman Mir Mahmud,Syah
Husain akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya menjadi
gubernur di Qandahar dengan gelar Husai Quli Khan (budak husain).dengan
pengakuan ini,Mir mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun 1721 M, ia dapat
merebut Kirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Syah
Husain menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 oktober 1722 M Syah Husain
menyerah dan 25 oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh
kemenangan.
Salah seorang putra Husain,bernama Tahmasp
II, mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia,memproklamasikan dirinya
sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaanya di kota
Astarabat. Tahun 1726 M, Tahmasp ll bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku
Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan.
Asyraf, pengganti Mir Mahmud,yang berkuasa di Isfahan di gempur dan dikalahkan
oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan
itu. Dengan demikian dinasti Syafawi mulai berkuasa. Namun,pada bulan Agustus
1732 M, Thahmasap ll dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas lll
(anak Tahmasp ll) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah
itu,tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja
menggantikan Abbas lll. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan dinasti safawi di
persia.
Adapun sebab- sebab kemunduran dan kehancuran
kerajaan Safawi adalah:
1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan
kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi’ah merupakan
ancaman bagi kerajaan Usmani
2. Terjadinya degradasi moral yang melanda
sebagian pemimpin kerajaan Safawi, yang juga ikut mempercepat proses kehancuran
kerajaan ini.
3. Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk
Abbas l ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tingi.
4. Seringnya terjadi konflik intern dalam
bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
Selain hal tersebut di atas,pada abad 17
beberapa kalangan Ulama Syiah tidak lagi mau mengakui bahwa Safawiyah telah
mewakili pemerintahan sang imam tersembunyi.pertama,Ulama mulai meragukan
otoritas Syah yang berlangsung secara turun temurun tersebut sebagai penanggung
jawab pertama atas ajaran islam Syiah. Kedua, selaras dengan keyakinan
Syiah,bahkan semenjak masa keghaiban besar tahun 941 sang imam tersembunyi
tidak lagi terwakili di muka bumi oleh Ulama.Selanjutnya Ulama menegaskan
bahwasannya Mujtahid menduduki otoritas keagamaan yang tertinggi.
Kehancuran rezim ini juga di sebabkan
sejumlah perubahan yang luar biasa dalam hal hubungan negara dan
agama.Safawiyah semula merupakan sebuah gerakan,tetapi setelah berkuasa rezim
ini justru menekan bentuk bentuk millenarian islam sufi seraya cenderung kepada
pembentukan lembaga ulama negara. Safawiyah menjadikan Syiisme sebagai agama
resmi Iran, dan mengeliminir pengikut sufi mereka sebagai mana yang dilakukanya
terhadap ulama sunni.
Krisis abad 18 mengantarkan kepada
berakhirnya sejarah Iran pramodern. Hampir diseluruh wilayah muslim, priode
pramodern yang berakhir dengan Interfensi, penaklukan bangsa eropa, dan dengan
pembentukan beberapa razim kolonial, maka dalam hal ini konsolidasi ekonomi dan
pengaruh politik bangsa eropa telah didahului dengan kehancuran Inperium
Safawiyah dan dengan liberalisasi ulama. Demikianlah, Rezim safawiyah telah
meninggalkan warisan kepada Iran modern berupa tradisi persia perihal sistem
kerajaan yang agung, yakni sebuah rezim yang dibangun berdasarkan kekuatan
uymaq atau unsur unsur kesukuan yang utama, dan mewariskan sebuah kewenangan
keagamaan syiah yang kohesif, monolitik dan mandiri.
B. Kerajaan Mughal.
1.
Sejarah Kerajaan Mughal.
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah
berdirinya kerajaan Syafawi. Jadi, diantara tiga kerajaan besar islam tersebut
kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan islam pertama
di anak Benua India. Awal kekuasaan islam di wilayah India terjadi pada masa
Khalifah Al-Walid, dari dinasti Bani Umayyah. Penaklukkan wilayah ini dilakukan
oleh tentara Bani Umayyah dibawah pimpinan Muhammad Ibnu Qasim (Syed Muhammad
Natsir, t.th.: 163)
Kerajaan Mughal didirikan oleh
Zahiruddin Babur, salah satu cucu dari Timur Lenk (Syed Muhammad Natsir, t.th.:
262). Kerajaan Mughal berdiri sejak tahun 1562 sampai tahun 1707, (Marshal
G.S.Hudson, t.th.:59). Kerajaan ini memiliki sultan-sultan besar dan terkenal
pada abad ke 17, yaitu Akbar (1556-1606), Jengahir (1605-1627) dengan
permaisurinya Nurjannah, Syahjehan (1628-1658), dan Aurangzep (1659-1707)
(lihat Syed Muhammad Natsir, t.th.:226, 272, 274, 277). Masing-masing dari
ketiga kerajaan ini mempunyai masa kejayaaan sendiri baik dibidang ekonomi, budaya,
maupun arsitektur.
2.
Kondisi Politik dan Sosial Kerajaan Mughal Abad ke 17.
Di masa pemerintahan Akbar tidak ada yang namanya
kekerasan karena dia banyak menyatu dengan rakyat. Bahkan rakyat dari berbagai
agama tidak dipandangnya sebagai orang lain, dan dirinya pun dibuatnya menjadi
orang Hindustan sejati.
Amir-amir dan
sultan-ssultan islam yang selama ini berkuasa di daerahya sendiri dengan cara
kesewenang-wenangan bersama dengan para raja beragama Brahmana, berkat Akbar
semuanya telah mejadi tiang-tiang bagi sebuah imperium islam yang besar di
Benua India. Pemerintahan tidaklah dipegangnya sendiri, tetapi dia juga
membentuk menteri-menteri. Kepada pemungut pajak diarang keras untuk memaksa
dan memeras. Dalam persoalan agama beliau sangat toleran, pemeluk agama hindu
dihormati dan tidak dipaksa untuk memeluk agama islam. Dengan demikian, Akbar
adalah seorang reforman kerajaaan Mughal yang telah menata pemerintahan dengan
sistem yang lebih baik dari sistem kerajaan sebelumnya.
Dengan adanya kebijakan
seperti diatas rakyatt India simpati kepadanya dan kehidupan social masyarakat
saling hormat-menghormati serta senantiasa menjunjung tinggi toleransi.
3.
Kemajuan Kerajaan Mughaal.
a. Pengetahuan.
Akbar menjadikan tiga bahasa
sebagai bahasa nasional, yaitu bahasa arab sebagai bahsa agama, bahasa turki
sebagai bangsawan, dan bahasa Persia sebagai bahasa istana dan kesusastraan.
Selain itu Akbar memodifikassi tiga bahasa tersebut ditambah dengan bahsa hindu
dan menjadi bahasa urdu.
b. Seni.
Karya seni yang paling
menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahsa istana
maupun bahasa India. Penyair India yang terkenla adalah Malik Muhammad Jayadi
seorang sastrawan sufi yang menhasilkan karya besar yang berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung
pesan kebajikan manusia.
c. Arsiteektur.
Karya seni terbesar yang
dapat dinikmati dan dicapai kerajaan Mughal adalah karya arsitektur yang indah
dan megagumkan. Pada masa Akbar, dibangun Istana Fatpur di Sikri, vila, dan
masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara
dan Tajmahal di Aqra, Masjid Raya Delhi di Istana Indah, Lahore.
4.
Kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.
Setelah satu setengah abad
dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak
sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan
sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran.
Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat
menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India tengah, Sikh di
belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam.
Sementara itu, para pedagang Inggris untuk
pertama kalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan
didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap
pemerintahan pusat memang sudah muncul, tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu
bermula dari tindakan-tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran
puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu
menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan
dipegang oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa
di Kabul.[5] Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M).
Ia menganut aliran Syi’ah. Pada masa
pemerintahannya yang berjalan yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan
pada perlawanan Sikh sebagai akibat dari tindakan ayahnya. Ia juga dihadapkan
pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan
ajaran Syi’ah kepada mereka.[6]
Setelah Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu
yang cukup lama, terjadi perebutan kekuasaan di kalangan istana. Bahadur Syah
diganti oleh anaknya, Azimus Syah. Akan tetapi,
pemerintahannya oleh Zulfiqar Khan, putra Azad Khan,
wazir Aurangzeb. Azimus Syah meninggal tahun 1712 M an diganti oleh putranya,
Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya sendiri.
Jihandar Syah apat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M.
Farukh Siyar berkuasa sampai
tahun 1719 M dengan dukungan kelompok sayyid, tapi tewas di tangan para
pendukungnya sendiri (1719 M). Sebagai gantinya diangkat Muhammad Syah (1719-1748
M). Namun, ia dan pendukungnya terusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadir
Syah yang sebelumnya telah berhasil melenyapkan kekuasaan Safawi di Persia.
Keinginan Nadir Syah untuk menundukkan kerajaan Mughal terutama karena
menurutnya, kerajaan ini banyak sekali memberikan bantual kepada pemberontak
Afghan di daerah Persia. Oleh karena itu, ada tahun 1739 M, dua tahun setelah
menguasai Persia, ia menyerang kerajaan Mughal. Muhammad Syah tidak dapat
bertahan dan mengaku tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa
di Delhi setelah ia bersedia member hadiah yang sangat banyak keada Nadir Syah.
Kerajaan Mughal baru dapat melakukan restorasi
kembali, terutama setelah jabatan wazir dipegang Chin Qilich Khan yang bergelar
Nizam Al-Mulk (1722-732 M) karena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi,
tahun 1732 M, Nizam Al-Mulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabat dan menetap di
sana.
Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan
pengawasan terhadap daerah lemah. Pemerintahan daerah satu per satu melepaskan
loyalitasnya dari pemerintah pusat, bahkan cenderung memperkuat posisi
pemerintahannya masing-masing. Hiderabat dikuasai Nizam Al-Mulk, Marathas
dikuasai Shivaji, Rajput menyelenggarakan pemerintahan sendiri di bawah
pimpinan Jai Singh dari Amber, Punjab dikuasai oleh kelompok Sikh.
Adapun sebab-sebab keruntuhan Mughal secara detail,
yaitu :
1. Terjadinya stagnasi pembinaan militer sehingga
operasi militer Inggris di wilayah pantai tidak dapat dipantau.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan
elite politik yang mengakibatkan pemborosan dan penggunaan uang Negara.
3. Pendekatan Aurengzeb yang terkesan kasar dalam
mendakwahkan agama.
4. Pewaris tahta pada paroh terakhir adalah
pribadi-pribadi lemah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan masuknya islam ke
Eropa dan India, mulai saat itu islam mengalami perkembangan yang cukup pesat,
dan meninggalkan banyak bukti sejarah yang agung, bangsa di Eropa dan India
juga banyak berpengaruh terhadap perkembangan islam sehingga mengalami sejumlah
akulturasi budaya. Dari sinilah dapat ditarik kesimpulan pelajaran yang sangat
penting bagi tumbuh kembang islam dan ajarannya di Eropa dan India sekitarnya.
B.
Saran
Kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan pada makalah ini, baik dalam penulisan maupun dalam
pengambilan sumber materi yang tidak semestinya. Untuk itu pada kesempatan ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya bila dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangan dan belum sempurna, dan kami berharap agar pembaca dapat memaklumi
isi dari makalah kami dan dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Badri, badri
Yatim.Sejarah Peradaban Islam. 338
hal. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Supriyadi, Dedi.
Sejarah Peadaban Islam. 336 hal.
Bandung : Pustaka Setia, 2008
Amin, samsul
Munir. Sejarah Peradaban Islam. 472
hal. Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2009
Karim,
Abdul, M. Sejarah Pemikiran
Dan Peradaban Islam. Yogyakarta:Pustaka Book Publisher, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ngan luppa comment yy